Metode Pembelajaran Resitasi, Solusi Bagi Siswa Yang Malas Belajar

Sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia, banyak sekali aktivitas kelembagaan menjadi terhenti tanpa kompromi. Namun demikian, tidak ada yang patut disalahkan karena ini merupakan musibah yang menjadi takdir Ilahi.

Apapun yang terjadi jika Allah menghendaki, maka tidak ada yang dapat menghentikannya. Begitu pula sebaliknya, jika Allah telah menghentikannya, maka tidak ada seorang pun yang dapat menawarnya lagi. Maha Suci Allah penguasa alam yang Maha Kuasa atas segala alam raya.

Pandemi yang melanda lebih dari dua tahun ini menjadi pengalaman yang berharga bagi bangsa ini, tidak terkecuali bagi masyarakat yang menjadi obyek dalam sistem pemerintahan, dalam dunia pendidikan, banyak hal yang tidak lazim tapi harus dilaksanakan.

metode belajar resitasi

Contoh riil yang terjadi, kegiatan pembelajaran tatap muka yang sudah bertahun-tahun dilaksanakan, tiba-tiba harus dihentikan secara paksa karena menghindari penyebaran Covid-19.

Dua tahun pembelajaran secara daring memiliki dampak yang signifikan, salah satunya adalah rendahnya minat belajar para siswa.

Peserta didik yang seharusnya beraktivitas dibimbing oleh guru di sekolah, dengan terpaksa harus belajar sendiri di rumah tanpa ada pengawasan baik dari orang tua maupun guru.

Jika terbimbing, hanya ada sebagian kecil dari siswa yang kebetulan orang tuanya memang memiliki kepedulian terhadap pendidikan anak.

Namun berbeda dengan orang tua yang acuh tak acuh dengan pendidikan, maka akan membiarkan terhadap capaian yang diperoleh sang anak. Akibatnya anak akan menjadi malas belajar. Ini merupakan salah satu dampak yang banyak melanda calon generasi milenial bangsa ini, mereka terlalu larut dengan kemalasan.

Hal ini pun menjadi pengalaman pribadi penulis, setiap kali memberikan pertanyaan tentang materi yang dibahas kepada peserta didik, mereka tidak bisa memberikan jawaban yang diharapkan.

Saat bertanya, "Anak-anak, siapa yang tadi malam belajar?" Maka mereka hanya terdiam.

Lantas, ketika melemparkan pertanyaan, "Anak-anak, siapa yang tadi malam membaca buku? Ayo angkat tangan!"

Tidak ada seorang pun dari mereka yang mengangkat tangan. Anak-anak sudah barang tentu jujur, namun sangat mengecewakan jika kenyataannya adalah mereka tidak belajar, bahkan hanya sekedar membaca buku pun tidak dilakukan.

Hal itu beberapa kali terjadi, setiap kali diberi pertanyaan seperti itu maka respon mereka selalu begitu. Mungkin kebiasaan malas belajar telah menghinggapi mereka.

Mengetahui hal tersebut, sebagai guru mau tidak mau harus menerima kenyataan seperti ini hanya bisa menghela napas, bergumam dalam hati, mungkin ini imbas dari pandemi yang berkepanjangan sehingga menidurkan mereka dalam mimpi-mimpi permainan dunianya.

Melihat kondisi ini, saya harus memberikan pekerjaan rumah, dengan begitu memaksa mereka untuk belajar dan membaca. Kali ini saya menggunakan metode pembelajaran resitasi atau pemberian tugas.

Pengertian Pembelajaran Resitasi

Metode pembelajaran resitasi adalah metode pembelajaran yang menekankan pada pembacaan, pengulangan, pengujian, dan pemeriksaan atas diri sendiri melalui sejumlah tugas yang diberikan oleh guru di luar jam sekolah dalam waktu tertentu, dan hasilnya dipertanggung jawabkan kepada guru dengan tujuan untuk merangsang siswa aktif belajar baik secara individu maupun kelompok.

Dengan metode pembelajaran ini, guru dituntut untuk memberi tugas atau pekerjaan rumah dan harus dikerjakan oleh peserta didik, secara tidak langsung siswa dipaksa untuk membaca, mengulang pelajaran dan menelaah materi yang disampaikan guru. Hal ini penting untuk menghilangkan kemalasan mereka.

Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

Pertama, menanamkan kepada siswa bahwa belajar adalah kewajiban.

Menjadi sebuah kewajiban bagi siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh, dimana kesempatan emas ada pada usia sekolah.

Mereka harus memahami pentingnya belajar. Dengan belajar akan mendapat ilmu pengetahuan yang akan menjadi bekal di masa depan mereka.

Pemerintah telah menggalakkan program wajib belajar sembilan tahun. Hal ini diwujudkan dengan mudahnya peserta didik menimba ilmu di manapun yang disukai.

Menjamurnya lembaga pendidikan setingkat SD atau Ibtidaiyah, SMP atau Tsanawiyah dan masih banyak lagi lembaga pendidikan lain baik swasta maupun negeri.

Ini membuktikan bahwa pemerintah dengan serius memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mewadahi putra-putrinya mengenyam dunia pendidikan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Pepatah mengatakan bahwa belajar di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu, sedang belajar di waktu besar bagaikan mengukir di atas air.

Maka jadikan kesempatan yang baik ini untuk serius menjadi pelajar pancasila, dengan belajar mewujudkan pondasi cita-cita yang akan diraih.

Kedua, memberikan tugas atau pekerjaan rumah bagi siswa.

Guru memberikan tugas kepada siswa, baik secara tertulis maupun praktek. Dengan demikian peserta didik akan memaksa dirinya untuk membaca buku, dan menjawab pertanyaan secara tertulis.

Langkah ini sudah banyak dilakukan oleh para guru, karena jika tidak diberi PR anak-anak biasanya tidak mau belajar. Bahkan sebagian besar siswa akan belajar jika mereka mendapat tugas dari guru.

Ketiga, memeriksa tugas siswa.

Memeriksa hasil tugas siswa penting dilakukan seorang guru, karena peserta didik akan merasa dihargai pekerjaannya jika guru memeriksa tugasnya. Ini menjadi prioritas karena mereka membutuhkan pengakuan dan penghargaan atas jerih payahnya.

Bagi guru yang diingatkan oleh murid-murid, jangan patahkan antusiasme mereka saat menunjukkan tugasnya untuk kemudian diteliti dengan seksama, mana yang betul dan mana yang salah.

Keempat, mengapresiasi bagi siswa berprestasi.

Memberikan penghargaan bagi siswa yang berprestasi adalah penting, dalam hal ini bisa dengan kata-kata seperti, "Bagus kamu ada kemajuan Nak" atau "Wah, keren jawabanmu betul semua".

Dengan begitu diharapkan siswa akan termotivasi, sedangan siswa yang nilainya di bawah KKM akan berpacu untuk mendapatkan pujian dari gurunya.

Kelima, belajar menjadi kebiasaan yang tidak boleh ditinggalkan.

Jika sudah mengerti pentingnya belajar, maka peserta didik tidak akan terbebani dengan tugas-tugas yang diberikan guru, mereka dengan senang hati akan menyelesaikannya. Metode ini sangat cocok untuk merangsang keaktifan siswa dan menjadikan kebiasaan belajar.

Begitu juga guru diharapkan agar selalu memotivasi siswanya, dengan sebuah motto "Tiada hari tanpa belajar".

Bapak dan ibu, mari kita bimbing siswa-siswi kita menjadi pribadi yang dewasa, dengan cara memahami kewajibannya, belajar untuk menyiapkan masa depan yang gemilang.

Demikian yang dapat kami bagikan terkait metode pembelajaran resitasi sebagai solusi bagi siswa yang malas belajar. Semoga bermanfaat bagi Bapak / Ibu Guru semua.

Tulis Komentar

Komentar yang Anda berikan dimoderasi. Jika sesuai dengan ketentuan, maka akan segera muncul.
Silahkan berkomentar dengan bahasa yang baik dan santun serta tidak melakukan spamming.

Lebih baru Lebih lama