Memupuk Pendidikan Karakter Saat Anak Belajar Di Rumah

Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa masa pandemi Covid-19 ini tidak terasa telah menambah kuantitas dan kualitas waktu yang banyak dihabiskan bersama keluarga. Belajar bersama keluarga di rumah tidak hanya berkaitan dengan mata pelajaran secara akademis melainkan juga dapat diterapkan penanaman pendidikan karakter.

Pelaksana tugas Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah mengatakan, bahwa anak-anak di rumah dapat melakukan beragam aktivitas bermanfaat. Mereka, kata Hamid, harus memiliki aktivitas pembelajaran meskipun berada di rumah misalnya membaca, mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh guru, dan melakukan kegiatan positif lainnya. “Ini penting untuk mengurangi tekanan dan kejenuhan di rumah,” ujar Hamid.

Selain itu menurut Dirjen Hamid, banyak sekali pembelajaran kecakapan hidup yang dapat dipelajari dan dipraktikkan selama berada di rumah. Perpaduan antara penguasaan ilmu pengetahuan dan penanaman budi pekerti diyakini akan mampu menjadi fondasi dalam mencetak SDM Indonesia yang unggul.

Memupuk Pendidikan Karakter Saat Belajar Di Rumah

Memupuk Pendidikan Karakter Saat Belajar Di Rumah


“Pendidikan life skill di antaranya membantu orang tua membersihkan rumah, memasak, dan berkebun. Sementara itu, penjelasan tentang Covid-19, bagaimana karakteristiknya, pola penyebarannya, dan bagaimana cara menghindarinya adalah contoh pendidikan kontekstual,” Hamid menjelaskan.

Peneliti Kebijakan Publik, Rico Santoro dalam kesempatan yang sama menyampaikan, bahwa salah satu target pendidikan adalah tercapainya pembangunan karakter bangsa. Pentingnya life skill yang dipupuk dalam pendidikan bersama keluarga juga diamini Rico sebagai salah satu syarat untuk membangun akhlak yang mulia. “Amanat pendidikan menyebutkan, proses belajar bukan teori namun juga praktik secara terus menerus melibatkan seluruh aspek kehidupan,” ungkap Rico.

Rico menambahkan, mencetak manusia yang unggul bukan hanya tanggungjawab sekolah melainkan juga merupakan tanggungjawab keluarga dan masyarakat secara keseluruhan. Selama ini, kata dia, tidak sedikit keluarga yang cenderung masih belum siap untuk menjadi ‘guru’ bagi anak-anaknya. Segala urusan pendidikan anak diserahkan sepenuhnya ke sekolah.

Sehingga adanya Covid-19 yang dengan terpaksa seluruh urusan pendidikan dipindahkan ke rumah, membuat keluarga tergagap-gagap untuk beradaptasi. “Kendala belajar bermunculan mulai dari kesulitan akses internet, beratnya biaya pengadaan pulsa kuota, sulitnya menjadi guru bagi anak-anak, dan lain-lain,” Rico menjelaskan.

Menanggapi hal tersebut, Dirjen Hamid menyebutkan, bahwa Kemendikbud saat ini sedang fokus dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan di rumah dan bukan malah menambah beban psikologis anak. Menurutnya, komunikasi dan kolaborasi antara sekolah dan orang tua merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam mendidik anak.

Oleh karena itu, Hamid mengimbau kepada guru, orang tua, kepala sekolah, dan para pegiat pendidikan untuk tetap optimis dalam memberikan pelayanan pendidikan yang terbaik.

“Di tengah situasi darurat ini, tidak masalah bagi guru-guru yang belum mencapai target kurikulumnya. Karena yang terpenting dari proses belajar bukan soal ketuntasan belajar melainkan anak-anak yang bahagia menjalani proses belajarnya di rumah,” tutup Hamid.

Tulis Komentar

Komentar yang Anda berikan dimoderasi. Jika sesuai dengan ketentuan, maka akan segera muncul.
Silahkan berkomentar dengan bahasa yang baik dan santun serta tidak melakukan spamming.

Lebih baru Lebih lama